-->
Menu
/

www.ernawatililys.com – Ketika awal menikah, tak pernah terpikirkan seberapa pentingnya punya asuransi! Karena memang sudah memiliki asuransi dari perusahaan tempat bekerja, jadi merasa tidak perlu lagi memikirkan hal ini. Apalagi banyak waktu dihabiskan antara tempat kerja dan kampus, jarang sekali bepergian jauh. Sesibuk apapun, alhamdulillah diberi kesehatan. Sekalipun datang gejala seperti demam, sakit kepala, selama masih bisa diperiksa oleh tim medis di tempat kerja, jadi merasa hidupku benar-benar di zona nyaman. Nggak perlu mencari rumah sakit, antri dokter, dan menebus obat. Siapa sekarang yang berada di zona nyaman kayak begini? Mari baca kisah selanjutnya untuk mengetahui seberapa penting untuk mempertimbangkan perlunya asuransi untuk perlindungan keluarga?


Semua berubah ketika aku memutuskan resign, memilih menjadi mahasiswa dan persiapan menjadi seorang ibu yaitu melahirkan anak pertamaku yang bertepatan dengan sidang skripsi dan juga UAS semester 8. Drama pertama dimulai ketika resign, otomatis hak-hak yang dahulu pernah didapatpun akhirnya harus dilepaskan, salah satunya asuransi. Walaupun, masih ada satu asuransi lagi yang bertahan yaitu milik pak suami, tentu saja istri dan anak sudah termasuk bagian dari tanggungan asuransi dari pak suami, ini masih masuk zona nyaman kedua. Lahiran anak pertama ini, memang penuh keajaiban, dari pembukaan yang nggak naik-naik sampai badan sudah lemas karena sudah dua malam menginap di kamar persalinan, belum lagi pikiran melayang, UAS gimana ya? Susulan atau cuti? Berharap bisa melahirkan normal dan pasrah mengikuti arahan dokter. Rencananya melahirkan normal itu cukup 3 hari saja di rumah sakit, apalagi cerita anggota keluarga yang lahiran di bidan hanya menginap sehari atau hitungan jam pun sudah pulang. Apa daya, perjuangan setiap wanita dalam menjadi seorang ibu berbeda-beda, ada yang cepat ada yang lambat. Untuk kelahiran anak pertama ini aku termasuk yang lambat.

Sabtu malam, jagoan kecil itu lahir. Setelah perjuangan antara ruang operasi hingga akhirnya tidak jadi dan bisa diupayakan normal (Terima kasih bu dokter dan bidan-bidan yang membantu persalinanku). Jangan dibayangkan lelahnya bagaimana tim medis dan anggota keluarga yang harus mengambil tindakan cepat untuk menyelamatkan dua nyawa sekaligus yang hampir-hampir saja lemas dan bisa terpejam selamanya, perjuangan menjadi seorang ibu yang tak terlupakan. Ketika harus operasi suami dengan sigap tanda tangan, atau ternyata balik lagi ke ruang persalinan dan diupayakan normal, tentu saja ini pun ikhtiar yang maksimal. Walau lahiran normal, recovery pasca melahirkan ternyata tidak cukup 3 hari. Setelah aku membaik, kemudian menyusul bayiku kuning, jadi kami semakin lama menginap di rumah sakit. Untuk perawatan dalam inkubator sehari sudah jutaan. Sampai anak pertamaku ini ada yang bilang bayi mahal, nginep di rumah sakitnya lama, inkubator jutaan, dan sebagainya. Tapi kami tertolong tak mengeluarkan dana pribadi karena semua ditanggung asuransi. 

Tahun berlalu, aku pun melahirkan anak kedua dan ketiga dengan cara yang berbeda-beda, alhamdulillahnya masih melahirkan spontan alias melahirkan normal. Setiap anak memiliki cerita yang tak sama. Memiliki banyak anak, dengan keadaan rumah masih berpindah-pindah tentu saja membuat keuangan kami goyah.

Adanya BPJS yang baru-baru keluar gunanya untuk meringankan pasien dengan saling bantu dari peserta lainnya. Ternyata di suatu waktu dan di suatu tempat, beda kebijakan itu ada. 

Ketika merantau di rumah orangtua untuk melahirkan anak kedua, domisili tak pernah menjadi hambatan. Bahkan anak pertamaku termasuk yang dirawat di kelas VVIP karena pasca melahirkan anak kedua, ruang kelas 1 penuh, hanya ada VVIP, kami pun memang membawa bayi juga, pilihan jatuh pada VVIP agar tidak ada pasien lain, hanya ada keluarga kami saja di satu ruangan. Tentu saja dari faskes naik ke kelas yang diluar tanggungan, kami harus membayar jumlah tanggungan. 



Kelemahan berikutnya yaitu ketika kami membeli rumah dari kota ke kabupaten masih dalam kota yang sama. Dalam kabupaten ini ada aturan yang berbeda, BPJS harus sudah pindah domisili. Tentu bagi kami orang yang baru pindahan, sudah bisa mengurus surat pindah, membedakan rumah pak RT dan Pak RW saja itu sudah luar biasa. Apalagi, harus mencari kantor pelayanan untuk mengubah semua alamat dalam waktu yang tidak tepat, karena anak-anak sakit. Ketiga anak sakit dalam waktu bersamaan dan butuh perawatan cepat. 

Akan berbeda cerita jika memakai asuransi kesehatan maka hal ini bisa terlewati tanpa harus sesak dihati. Asuransi bisa dipakai di mana saja dan kapan saja. Termasuk bagi mereka yang suka bepergian/travelling,  nomaden house atau pindah-pindah rumah seperti keluarga kami, serta frelancer yang bekerjanya tidak tetap pada satu perusahaan dan pada satu tempat. Jadi kalau mau pilih yang aman dan nyaman sebaiknya pilih asuransi yang tepat. 

Nah, berikut ini tips untuk memilih asuransi yang tepat yaitu : 
  • Pilih yang jangkauannya luas dan sudah banyak bekerja sama dengan rumah sakit, tempat praktek kesehatan lainnya 
  • Harga yang terjangkau 
  • Kemudahan penggunaan, tidak ribet dan berbelit 
  • Pembayaran yang mudah 
  • Asuransi terpercaya 

Kira-kira ada kriteria lainnya yang tepat untuk memilih asuransi? Share yuk di kolom komentar, siapa tahu jadi inspirasi bagi orang lain.

Salam Inspirasi 

6 komentar:

  1. Kriteria lain, mudah proses klaimnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya Mas, salah satunya yang dipermudah. Terima kasih sudah berkunjung

      Hapus
  2. Thanks for sharing, semoga sukses terus,.

    BalasHapus
  3. Benar sekali. Asuransi kesehatan itu penting sekali untuk melindungi setiap anggota keluarga. Mulai dari suami, istri dan anak, semua mesti diasuransikan sejak dini karena biaya pengobatan rumah sakit makin hari makin mahal.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.