-->
Menu
/

www.ernawatililys.com - Banyak yang kontroversi terkait penggunaan media sosial.Bahwa orang-orang yang bermedia sosial adalah mereka yang hidupnya bermasalah, tidak bahagia, pura-pura bahagia, bahkan ingin dibilang "berada/pamer" di media sosial. Mungkin ini kacamata yang berbeda. Cara menyikapinya adalah biarkanlah perbedaan itu tetap ada. Namun, saya juga punya kacamata atau pandangan lain akan media sosial. 


Jadi, saya pernah membaca tulisan isinya kira-kira begini, jika orang baik pada diam, maka orang jahatlah yang akan menguasai. Jika orang pintar pada tenggelam, maka orang bodohlah yang memimpin. Saya pikir itu benar adanya, ketika ada artis atau panutan anak muda misalnya si idola itu hidupnya bebas, kasar, semaunya,bagaimana dengan followernya pasti akan menirukan. Kadang mereka sekalipun tidak ingin meniru namun jika melihat tindakan-tindakan diluarbatas setiap harinya, bisa jadi sebuah hal yang biasa. 

Ada lagi orang-orang yang berjuang di media sosial dengan cara yang santun, melalui dakwah, melalui quote islami, melalui pembahasan hadist dan ayat alQuran, jangan tanya berapa anak millenial yang terselamatkan, bahkan ada juga yang hijrah. 

Kalau di bilang media sosial itu seperti sebuah pisau bisa digunakan untuk memotong buah dan sayuran atau mau dibuat untuk kejahatan, bisa seperti itu. Asal kita tahu fungsi pisau tersebut awalnya digunakan untuk apa, kalau memang fungsinya untuk alat bantu memotong buah dan sayur,ketika disalah gunakan pasti ada pelanggaran dan namanya pelanggaran pasti juga ada hukuman. 

Media Sosial dan Saya Untuk Personal Branding


Saya termasuk yang menggunakan media sosial untuk personal branding diri saya sebagai penulis dan blogger. Kenapa perlu bermedia sosial, harapan saya adalah ketika saya menulis buku, buku tersebut bisa saya bantu promo sampai ke pembaca. Karena tak semua penulis bernasib sama, sekali keluar buku langsung best seller.Butuh tangan dingin menyulap naskah yang diterima di pasaran.  Kalau kita yakin bahwa buku kita ini bagus dan layak di baca orang, maka promokan sampai ke pembaca sampai mereka mendapatkan manfaat dari buku tersebut. 


Begitu juga dengan menulis di blog, agar terus ada interaksi dengan pembaca biasanya setiap tulisan yang saya tulis di blog akan saya share ke media sosial saya. Kadang apa yang kita tulis, akan menemukan pembacanya sendiri. Namun, bukan berarti santai dan tidak ada usaha untuk membagikannya. Menurut saya media sosial menjadi tempat untuk saling dekat antara setiap orang dalam lingkaran persaudaraan,pertemanan atau satu seprofesi. 
Selain itu harus hati-hati juga jangan sampai bablas dalam bermedia sosial yaitu dengan polosnya mengunggah data diri sejara jelas dan mengundang kejahatan. Atau selfie yang berlebihan atau juga dengan berstatus dengan kata yang menyinggung SARA, agama, atau membuat kegaduhan yang berujung pada saling memanasnya timeline di media sosial. 

Salam Inspirasi 



2 komentar:

  1. Yap, kita bisa memilih apa personal branding kita di Medsos. Mau positif atau negatif kembali ke pilihan masing masing.

    BalasHapus
  2. Benar sekali Mba, jika bijak bersosmed hasil yang didapat dari Sosialmedia juga ada hal positifnya.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.