-->
Menu
/


www.ernawatililys.com - Beberapa akhir ini viral pemberitaan kejahatan seorang ibu, baik itu tentang ibu yang mengg**** ketiga anaknya, ibu yang membuang bayinya. Menjadi perhatian ibu-ibu lainnya di luar sana. Memang banyak komenan yang membuat
hati semakin perih. Di bilang kurang iman, kurang bersyukur dll. Apa benar seorang ibu itu begitu mudah terserang depresi dan selalu merasa sendiri menanggung beban berat hidupnya?


Kenapa Seorang Ibu Mudah Depresi dan Merasa Sendiri? 

Bagi yang belum tahu, perkenalkan saya ibu empat orang anak. Pembaca blog  lama saya pasti sudah tidak asing, di mana awal menulis blog ini, saya memang fokus ke parenting, tumbuh kembang anak dan hobi saya sebagai penulis dan pembelajar. Sebagai wanita, yang kini menjadi ibu bagi anak-anaknya, memang waktu itu sangat berharga. Tak boleh menyia-nyiakan waktu dengan penuh kemalasan, ratapan dan sesuatu yang sia-sia.Karena apa? Pekerjaan ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang tidak pernah ada habisnya. Baik, kita bahas satu persatu ya, menurut kaca mata saya sebagai sesama ibu. Mohon maaf jika saya ini bukan ahli psikologi, jadi jangan tanya atau perihal tentang psikologi/keadaan ibu. 


1. Benarkah Ibu Mudah Depresi 

Seorang wanita kemudian menikah, hamil, melahirkan dan merawat bayinya sendiri maka akan ada di masa penumpukkan rasa lelah. Perubahan bentuk tubuh akan membuatnya juga merasa kurang percaya diri, ditambah dengan orang-orang sekitar yang menatap tidak bisa menjadi seorang ibu. Padahal ketika anak lahir, maka ibu juga baru lahir. Berjalannya waktu akan sama-sama memberikan yang terbaik untuk anaknya. Maka, tak heran jika ada ibu mertua atau ibu orang tua sendiri yang mengatur cucunya bahwa gaya parenting dia yang dulu yang terbaik, ternyata terbantahkan dengan adanya kemajuan dari kedokteran. Contohnya : Dahulu anak bayi baru lahir ada yang sudah diberi makan pisang, telur rebus, air rebusan beras, dll. Sehingga banyak kasus bayi yang menderita di pencernaannya, usus kecil dan besar, invaginal, atau bahkan sampai meninggal dunia. Jadi, ketika si ibu baru ini dengan ilmu yang ia dapatkan dari buku, dari konsultasi ke dokter bahwa anak bayi itu 0-6 bulan cukup ASI ekslusif saja, banyak yang menentangnya di sekitarnya. Apalagi dengan dalih, asinya kok nggak bikin gemuk, tambah susu formula saja, agar bisa gemuk. Ini baru masalah pengasuhan, belum lagi masalah kok ibunya lama beberesnya, lambat urus anaknya, kurang istirahat, dan ekonomi juga dibawah layak. Sehingga sang ibu baru harus membantu juga keuangan keluarga. 


Apakah yang kaya juga, kena depresi? Depresi pada ibu tak mengenal miskin -kaya. Tetapi seberapa besar support dari keluarga dan pasangan, itu yang utama.  Bukan kurang iman,kurang uang, pastinya ada hal yang memicu emosi dan juga ada sebuah luka yang dipendam hingga lahirlah racikan bom kekecewaan, siap meledak kapan saja. 

Titik terendah bagi wanita itu bukan tidak ada uang, tetapi tidak ada kepercayaan pada orang-orang sekitarnya, bahkan pasangannya pun tak bisa ia harapkan.


Orang zaman dahulu, hidup susah biasa. Suaminya petani, yang panennya menunggu berbulan-bulan. Tak ada gajian UMR. Tetapi, anak banyak, suami perhatian dan masih membantu istrinya. Sekalipun melihat suami menggendong anak dengan kain jarit terasa tabu. Tetapi, itulah cinta yang menguatkan. Sang istri bisa sejenak bergerak tanpa harus digembol anak seharian. Belum lagi badannya harus sedia asi 24 jam untuk anaknya. Anak itu bikin berdua, maka tanggung jawab berdua, bukan hanya ibunya saja. 


2. Ibu merasa seorang diri 

Bagi sebagian keluarga, ketika hari libur dan hari raya, bisa saja bergotong royong mengerjakan pekerjaan rumah ketika asisten rumah tangga pulang kampung. Atau tetap menyewa ART yang mau menginap. Sehingga ibu di rumah tidak perlu berlelah-lelah ketika banyak tamu yang datang. Akan tetapi, tidak semua ibu itu mendapatkan keistimewan seperti itu. Terkadang mereka itu hari minggu pun merasa sendirian mengerjakan pekerjaan rumah, masak , cuci piring dan lainnya. Hari raya pun semua-semua di kerjakan sendiri. Apalagi hari ibu, di mana semua orang di media sosialnya mengucapkan selamat hari ibu, tetapi ibu-ibu sendiri masih berjibaku dengan tugasnya. Lebih menyedihkan lagi, ibu pun tak pernah istirahat sekalipun itu hari lahirnya/ulang tahun ibu, hari bahagianya anniversary pernikahan, atau juga sekalipun sedang sakit ia harus tetap kuat dan bergerak agar se isi rumah bisa makan, dan nyaman. 


Sebenarnya, deretan kejadian di atas, tidak akan menjadi masalah, ibu manapun akan ikhlas mengerjakannya karena ia tahu itu adalah sebagian dari IBADAH. Yang menjadi sebuah masalah baru ketika suami durhaka, anak durhaka, bertambah lelahlah jiwa raganya.Rumah tangga yang ia harapkan bisa membuatnya bahagia, hanya menjadikannya wanita yang bersedih dan berkalung luka. 


Jadi, mulai saat ini ajarkan pada anak-anak, suami, mereka harus bisa hidup mandiri, cuci piring sendiri, mencuci baju sendiri, beberes barang-barang, jangan sampai menjadi orang yang membebankan di orang yang paling dekat. Jika mampu, bahagiakan sosok istri,ibu dari anak-anakmu. Karena kita tidak tahu, selama ini berapa banyak lelah yang ia tabung, luka yang ia simpan dan derita yang ia sembunyikan, serta mimpi-mimpi dan juga cita-citanya yang ia tarik mundur atau bahkan ia lenyapkan, untuk sebuah pengabdian, untuk sebuah kepatuhan dan juga untuk sirkulasi kehidupan yang terbaik untuk keluarganya. 



Yang mau cerita silakan di kolom komentar ya.



Salam  

1 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.