-->
Menu
/

www.ernawatililys.com - Memperbaiki silaturahmi yang kusut menjadi tulisan curhatan aku kali ini. Diiih, apa saja dicurhatin, biarkan sajalah. Agar jadi jejak kenangan dan juga bahan renungan. Jadi sebenarnya setiap manusia pasti ada jejak-jejak silaturahmi yang kusut? Benarkan? 


Siapa saja sih jejak silaturahmi yang kusut tersebut, diantaranya :

  1. Dengan saudara
  2. sahabat 
  3. rekan kerja
  4. atasan/bawahan
  5. guru/murid
  6. mitra bisnis
  7. tetangga
  8. mantan-mantan masa lalu 
  9. orang lain yang menyakiti
  10. dll
Keluarga menjadi jejak kusut paling banyak jika komunikasi tidak lancar. Semua hanya mementingkan diri sendiri dan kurang PEKA terhadap nasib saudaranya. Padahal kalau sesama saudara itu mendoakan akan terkabul lho. 

Seperti Hadist di bawah ini :

"Doa seorang muslim untuk saudaranya tanpa sepengetahuannya dikabulkan; di atas kepalanya terdapat malaikat yang ditugaskan untuk mengamininya. Apabila orang yang dimaksud berdoa untuk kebaikan saudaranya, malaikat tersebut mengatakan; 'Semoga Allah mengabulkan doamu, dan bagimu hal yang serupa." (Riwayat Ahmad melalui Abu Darda).

Sahabat, awalnya dekat lama-lama ada jarak karena semua saling bongkar aib, salah menempatkan kepercayaan, serta terjadi gesekan yang menyakitkan. Makanya penting banget caari sahabat syurga itu. Berikut ini ada hadist tentang etika bersahabat :
"Janganlah engkau berdebat dengan saudaramu dan jangan pula bergurau yang menyakitkannya, serta janganlah engkau menjanjikan kepadanya suatu janji lalu engkau mengingkarinya. (Riwayat Turmudzi)."

Rekan kerja, antara atasan dan bahawan, antara rekan kerja, mitra bisnis, dan lain-lain pasti namanya perbedaan pendapat, kepercayaan yang dikhianati, sikap atau egoismenya tinggi, akhirnya hal-hal buruk itu bikin jalinan silaturahmi jadi tidak sehat.


Walau aku juga sama pernah mengalami rasanya disakiti, dikhianati, dan selalu berdoa semua tetap baik-baik saja ya. Walau memang kadang sulit, orang tersebut malah semakin bertingkah dan lupa dosa yang ia perbuat. 


Dulu aku waktu lulus kuliah coba kirim lamaran-lamaran ke perusahaan Jepang via email. Dari sekian banyak nggak ada panggilan juga. Mungkin memang karena Pak suami nggak au istrinya kerja, jadi seakan menjawab semua pertanyaan selama ini. Tapi, kadang kalau kena bully sarjana kok jadi ibu rumah tangga suka bete juga. Apalagi dulu ingin juga punya penghasilan kayak waktu zaman kerja dan kuliah, punya gaji sendiri. 

Dua tahun berlalu, ketika sedang mengandung anak kedua, tiba-tiba dapat balasan lamaran kerja, bahwa saat itu juga diterima dan siapkah berangkat ke Jepang?

Antara senang, tapi takut bilang ke yang menghubunginya. Waktu itu aku lihat yang menghubungi juga masih satu almamater kampus. Bisa dibilang ia kakak kelasku juga "senpai". Aku pun balas pertanyaan senpai tentang siap tidaknya ke Jepang. 

"Senpai, aku lagi hamil anak kedua. Kalau mau ke sana harus izin suami juga."
"Sudah boyong saja keluargamu ya, rumah disediakan, biaya lahiran ada, dan fasilitas lainnya." Jawabnya tegas.


Duh merana aku jadinya, takut nolak pasti kecewa banget kakak kelasku ini, yang aku kenal orangnya itu KAKAK KELASKU WANITA TANGGUH, DISIPLIN, TEGAS. Lagi mikir juga caranya agar dapat restu Pak Suami. 

"Nggak boleh kerja, di mana pun. Titik! Belajarlah jadi ibu rumah tangga, apapun yang terjadi."

Aku mellow banget, sudahlah aku nurut suamiku saja dan bilang apa adanya ke senpaiku. Dan, ia marah, wajar kali ya sudah kontak-kontakkan Jepang-Indonesia. Semacam buang-buang waktu gitu. Sedangkan beliau itu sibuk sekali. Jadi aku pun merasa bersalah. 

Tapi, kami masih berteman di FB, aku masih like, love dan komen statusnya. Aku gitu sih sama dosen Jepangku juga masih komen-komen. Kalau bisa silaturahmi yang baik tetap dijaga.

Suatu hari, anak ketiga senpaiku, punya penyakit sama dengan anak keduaku. Waktu itu aku ikutan komen di statusnya, menjelaskan penyakit anak keduaku yang sekarang selamat, sehat dan aktif. Semacam bahasa ibulah saling menyemangati. 


Reaksi senpai ya biasa saja, mungkin ada yang mengganjal gara-gara kejadian kerja itu. Tapi, alhamdulillah tadi ia kontak-kontakkan lagi. Menghubungi lagi dan ingin konsultasi menulis, semoga buku-bukunya juga diterbitkan di penerbit yang aku kelola. Amiin. 


Sekian curcolanku di blog, #eh. Terus tipsnya apa, selalu berbuat baiklah :) Karena kebaikan selalu mendamaikan :) 



Salam Inspirasi 




1 komentar:

  1. Kita memang sudah seharusnya mempererat tali silaturahmi

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.