-->
Menu
/



"Hari ini jangan langsung pulang, langsung ke area dekat Kantin ya!" perintah atasan saya. 
"Tapi Pak, kerjaan sudah kelar dan tidak ada lembur kerja juga hari ini."jawab saya sambil gelisah memikirkan jam selanjutnya yang harus datang awal ke kampus sebelum dosen killer itu menendang keluar para mahasiswa yang tidak disiplin. 
"Ga ada tapi-tapian, kamu sudah saya daftarkan. Pokoknya bawa nama baik departemen kita."


Dunia terasa gelap, kalau orang-orang menjilat atasan biar dilihat mengkilap dan bisa dipercaya soal pekerjaan, jabatan apalagi lomba yang akan bawa nama harum satu departement. Status si Malakama sebagai karyawan tetap yang kuliah dari hasil gaji sendiri pasti ultimatum atasan ini bagai bom hiroshima yang meluluh lantahkan kota Jepang dengan pil pahit yang harus ditanggung. Memang sedikit lebay, tapi kenyataan. Karena pengorbanan saya sudah cukup banyak untuk lembur kerja yang tidak bisa diwakilkan. Sekarang tambah lomba-lomba yang bukan hanya sekali tapi berkali-kali tanding untuk dapat juara terbaik catur putri di acara pekan olah raga perusahaan dimana saya bekerja. 

Kebayangkan, niat setengah rapuh ini untuk berusaha maksimal melewati lomba yang tidak diinginkan. Dalam pikiran saya ada dua misi yang harus saya jalankan, misi pertama : setelah ganti seragam di loker segera finger print abensi pulang dan langsung kabur lewat pintu belakang. Misi kedua yaitu pura-pura kalah dalam pertandingan pertama. Tamat sudah lomba-lombanya tinggal fokus ke kuliah saja. Yup, saya pun mencoba misi pertama.

Ternyata, tidak semudah yang saya bayangkan, si bos sudah kirim dayang-dayang emak-emak karyawan yang ngikutin saya di loker. Apalagi di tempat absensi pulang sudah ada tim karyawan pemuda-pemuda tampan yang jadi relawan siap menghadang saya pulang. Akhirnya saya sukses di giring ke area pertandingan. 

Duduk di bangku dengan deretan meja putih panjang, sudah ada beberapa peserta baik dari kategori putra dan putri (yaitu termasuk saya). Catur putra sudah lengkap para pesertanya yang terdiri para pemuda dan bapak-bapak yang mewakili departemennya masing-masing.  Tinggal saya duduk terdiam tanpa ada muka lawan. Permainan tim putra pun dimulai dengan suara peluit dari panitia beriringan dengan peluit bus jemputan karyawan  yang mengantarkan karyawan pulang. Dalam hati saya pun tak kalah menjerit seperti bunyi peluit yang ingin tukar posisi dengan salah satu penumpang yang pulang. Boring Time,lawan saya belum juga datang, sedang tim putra mulai pada berguguran. Ternyata misi kedua saya untuk pura-pura kalah malah saya jadi pemenang tanpa lawan. Yang artinya saya besok masih ikut tanding dengan tim putri dari departemen lain.Itu juga bagi saya harus dua hari merelakan jam kuliah saya. 

Hari kedua yang penuh duka, hatiku kembali tak menentu. Pertandingan kedua ini aku tak berharap menang. Semua pendukung saya dan dayang-dayang saya semua menyemangati dengan kegembiraan kemenangan kemarin yang saya terima. Akhirnya sang penantang saya datang juga. Rambut pendek mirip rambut lelaki, gelang hitam di tangan, anting tindikan dan gaya baju yang dilipat-lipat di bahu. Waw, lawan saya wanita tomboi yang sempurna dengan dikelilingi pria-pria gagah dari departemennya. Berbeda dengan saya yang setiap saat dayang emak-emak berlemak mengitari bagai bidadari kelebihan berat.

"Skak Mat" suara wanita tomboi mengejutkan saya. 
Saya begitu terpana, wanita tomboi itu begitu agresif menyerang. Baru tiga langkah langsung bikin skak mat.

Entahlah kenapa naluri pejuangku bangkit. Bukan pura-pura pasrah malah balik memutar strategi penyerangan. Saling makan prajurit dan para menteri. Permainan begitu berambisi. Saya yang terkenal karyawan yang pendiam, senyum ramah dengan kerudung yang menjuntai seperti berubah penampilan. Lebih ganas lagi menyerang. Dan tanpa sadar, wanita tomboi itu terkalahkan dengan posisi raja yang terhimpit dengan gajah dan ratu. Sebuah trik jitu yang bikin mati kutu.

Teriakan kegembiraan terdengar dari dayang-dayang alias emak-emak disekitar saya. Membangunkan saya yang kembali sadar kedunia nyata perkuliahan yang telah terlewat. Saya pun kembali jadi pemenang kedua. Senyum bos saya mengembang seakan dia telah benar memilih peserta untuk perwakilan lomba kehormatan ini. 

Hari ketiga dengan awan yang gulita. Sejak pagi matahari tak jua muncul, langit gelap seperti gelapnya hatiku. Apalagi hari ini adalah hari dosen killer yang sekali tidak masuk, maka seribu kali kita akan mengejar materi yang tertinggal. Ya, 4 SKS only with dosen killer dan disiplin. Tidak boleh telat, tidak boleh berisik dan tidak boleh lupa mengerjakan tugas-tugasnya. 

Sejak pagi hujan turun dengan deras, saya pun berdoa semoga pertandingan hari ini ditunda dahulu. Hari ini saja ya Tuhan,izinkan saya ikut kelas dosen killer dahulu, dosen yang lain kan maih bisa dirayu,eh maksudnya masih bisa mengerti dengan kondisi mahasiswa yang sambil kerja.

"Banjir" sebut emak-emak yang selalu menemaniku dalam pertandingan. 
Hatiku begitu bahagia dengan kosakata banjir itu,apalagi emak tersebut minta izin pulang cepat karena perumahannya kebanjiran sampai sepinggang. Izin begitu cepat dari Pak Bos. Senyumku mengembang ketika satu persatu tidak bisa menemani pertandingan hari ini. Aku pun berlenggang pulang, dan kembali dicegah sampai pos satpam.Ternyata pertandingan tetap melaju. Kali ini tim office management. Pendukungnya pun muka-muka kinclong yang sering banyak dapat traktiran bos-bos kalau dari Jepang. 

Sudah duduk, kembali wanita tomboi dengan penampilan nyaris mirip laki-laki. Gaya santai pakai kaos dan jeans serta kacamata yang melekat, membuatku berpikir sepertinya lawanku begitu hebat dan pintar. Akhirnya aku akan kalah di babak ke tiga ini. Walau tentu sangat disayangkan, dua hari waktu kuliah saya berlalu begitu saja. Padahal tinggal selangkah lagi bagi saya untuk ke final. Ah, tak apalah daripada berlama-lama meninggalkan jam kuliah. 

Strategi lawanku mulai menyerang dengan prajurit kecilnya, dipadu dengan benteng dan kuda. Kuda, waw cerdiknya lawanku. Menggunakan dua kuda agar aku tak bisa menebak maju mundur langkahnya.Apalagi gerakan kuda yang eperti huruf L, makin sulit menebak gempuran lawan. Hati saya tetap tenang karena menang bukanlah impian. Namun, ternyata atas kecerdikan lawan yang bikin strategi bikin sulit ditebak ternyata malah membuat saya semakin mudah menyerangnya dan tiga langkah pula rajanya sudah tidak bisa bergerak. Skak Mat!

Akhirnya aku bisa pulang cepat. Masih kulirik jarum jam menunjukkan angka 5 yang tersenyum. Aku pun sudah mau berlari untuk naik angkutan umum. Karena tidak ada lagi jemputan. Kecuali menunggu semua peserta catur selesai tanding.

"Tunggu, Dek. Ada pertandingan ulang!" Sebut salah satu wasit.
"Apa ulang? Mana bisa Pak, saya kan telah menang. Permainan pun dilakukan bersamaan peserta lain dan sesuai peluit yang bapak tiupkan." kesalku diiringi pendukungku yang datangnya hanya beberapa orang.
"Ulangi,ulangi itu tadi pemanasan!" teriak salah satu supporter tim pendukung wanita tomboi tersebut.
"Pemanasan, ada juga mata saya yang panas ingin nangis. Saya mau kuliah."cuma dalam hati saja saya ucapkan ini. 

Akhirnya atas keputuan juri yang katanya tidak melihat atau pura-pura tidak melihat jalannya pertandingan, maka pertandingan diulangi. Pertandingan begitu alot. Lawan begitu berhati-hati menghadapi setiap serangan. Waktu magrib telah berlalu dan saya masih berkutat dengan serdadu dipapan hitam putih yang membuat hari saya kelabu. 

Saya pun menjadi ganas, dengan melakukan serangan bertubi, agar cepat selesai pertandingan ini. Mau memang kalah sudah tidak peduli. Sepertnya lawan mulai gerah karena serangan saya, dan mulai agresif. Namun keagresifannya kembali membuat dia kalah,lagi-lagi rajanya tak bisa diselamatkan berhadapan dengan benteng.

Saya pun pulang diantar mobil umum yang setengah tenggelam dengan air genangan hujan. Besok final yang menentukan. Benarkan niat yang rapuh ini akan jadi juara sejati. 

Langit cerah,aura kesejukan memancar. Ruang pertandingan dikelilingi para ukhti berjilbab besar dan ikhwan berjenggot rapi. Wah ternyata final ini melawan departemen Quality yang juga anggota DKM Masjid. Entah doa siapa yang akan didengar oleh Allah antara si Karyawan taat dan si Mahasiswa teraniyaya seperti saya. Hihihi, berlebihan tetapi begitulah. Semua pendukung merapalkan doa masing-masing jagoannya. 

Pertandingan yang bikin jantung saya berdebaran, begitu pesona mata para ikhwan yang tajam bikin buyar konsentrasi. Untung ada emak-emak dayang-dayang saya yang mengingtkan bahwa hadiah lomba sudah ditunggu buat makan bakso bersama. 

Napas saya seakan berat, mulai membetulkan niat. Kali ini tidak boleh setengah rapuh lagi.Harus yakin menang, demi kesusahan yang telah berlalu beberapa hari, demi kesuburan emak-emak yang mau banget makan bakso gratisan, serta buat para dosen yang telah saya lewati jam kuliahnya. Susahnya menaklukan dewi berwajah lembut ini. Mata teduhnya selalu menyembunyikan trik penyerangan.Keringat dingin telah merasuk dalam jemariku, gemetar. Ingin segera berakhir semua ini. Aku kali ini memakai strategi benteng dan kuda dua paduan yang bombastis. Dan benar saja raja lawan kembali tak berkutik. Aku menang dan begitu lega ruang hatiku. 

Besok adalah ceremony pembagian hadiah. Bagi orang-orang yang ingin tampil keren besok adalah hari berdandan ganteng dan cantik biar difoto bersama president direktur. Aku duduk rapi dalam barisan karyawan.Satu persatu hadiah lomba diserah terima kah dari Sang presiden direktur kepada peserta lomba berprestasi yang mewakili departemennya. Sorak sorai tepuk tangan bangga diiringi kilatan foto yang pasti kalau sudah dicetak akan ditempel di mading perusahaan yang bisa dilihat semua karyawan. 

Saat yang mendebarkan tiba,namaku akan disebut dan maju ke panggung dan semua kelelahan akan terbayar. Yup, semua jadi bahagia akhirnya. Bos ku duduk tenang sambil tersenyum bangga. dayang emak-emak sudah mendorong-dorongku untuk segera maju kalau sudah nama disebut. Masih hitungan detik, dan seperti gerakan slow motion semua begitu lama bagiku, sampai akhirnya petir meretakkan langit hati saya.

"Inilah pemenang catur putri dari departemen XX, ...."

Dan yang bikin hati ini hancur adalah saya kehilangan moment jadi sang juara di panggung, karena ada salah satu dayang emak-emak langsung maju histeris dan mengakui kemenangan miliknya. Difoto dan memegang hadiah,seakan lupa kehadiranku. Walau teriakan penonton yang tahu bahwa dia bukanlah juara sebenarnya tetapi moment itu tak akan pernah terulang lagi. Sang President direktur telah pulang kembali ke ruangannya, semua bubar dan usai. Tinggallah kenangan yang menyedihkan ini sebagai moment Sang Juara yang hilang. 

10 komentar:

  1. Waduh, koq endingny begitu mbk? :(
    Emak2 siapakah yg tega melakukan itu mbak?
    Huaaa... *ikut nangis di pojokan

    BalasHapus
    Balasan
    1. memang begitu DJ sudah terjadi, tak perlu ditangisi.asyikok sabar bgt.thanks ya sudah mampir

      Hapus
  2. Ya ampun, kok bisa sih emak2 itu sebegitu muka tebalnya? Ga tau malu main rampas aja. Ih, ampyun deh. Tragis, Mba! Kalo aku, akan buat perhitungan deh dengannya. Etapi, Mba Erna pasti punya pertimbangan lain lah ya, makanya diem di pojokan? *eh. :)

    BalasHapus
  3. iya mba alaika kejadiannya tepatnya seperti itu. thanks sudah mampir ya mba

    BalasHapus
  4. Kyyuaaa tega banget itu emak2 mngmbil hak yg ygbbukan miliknya. :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mba rohma memang ada didunia nyata, spesies seperti itu. #sabar

      Hapus
  5. Issshhh pingin pukul aja tuh si emak. Sumpah geregetan. :@

    BalasHapus
    Balasan
    1. Geregetan bikin suprise ending yang tidak terlupakan

      Hapus
  6. Udah tegang eh ada emak2 yg ngaku2 menang!!! Gemezzzz

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya begitulah mba jiah. makasi ya sudah berkunjung

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.