-->
Menu
/
Pulang dari toko electronic jalanku tertatih. Ada kata yang ingin aku ucapkan. Dada ini rasanya bahagia tetapi begitu sesak sebelum bisa memberikan kejutan ini untuknya. Ku lihat wanita berwajah tenang itu sedang asyik mengiris sayuran di dapur. Langkahku beriringan dengan petugas service yang mengantarkan barang. Setelah dipasang petugas dan dinyatakan sudah oke, aku pun menghampiri ibu.


“Bu, ini hadiah untuk ibu.” Sambil memeluknya.
“Ibu masih kuat, sepuluh tahun lagi masih bisa mencuci manual.” Ibu sungkan. Sikap yang selalu sama tak mau merepotkan anaknya.
“Iya, tapi ini bisa mencuci sekaligus mengeringkan. Tempat ibu menjemur kan sudah tidak ada, biar cepat kering juga pakaian yang dicuci nanti. Tambah aku untuk meyakinkannya menerima hadiah dariku.
“Simpan saja di rumahmu, kau punya dua anak kecil. Pasti cucianmu banyak.” Tolak ibu lagi.
“Ibu sayang, ini untuk ibu, untuk aku sudah ada, tak perlu dipikirkan.”

Senyum lembut ibu mengembang, kerutan wajahnya  yang semakin bertambah tak membuatnya tampak tua, kecantikan hatinyalah yang membuatnya selalu dirindukan dan disayangi.

Tangan lembut yang hangat dan selalu terbuka untukku. Senyuman ikhlasnya selalu menyirami hatiku untuk mewarnai hidup dengan penuh cinta dan kasih. Ibuku wanita kuat dan tangguh yang membesarkan lima anaknya seorang diri. Kekuatan cinta yang membuatnya melewati fase kesendirian hingga tegar dalam menghadapi setiap cobaan. 

Aku tumbuh menjadi wanita yang memiliki serpihan cermin ibuku, kerja keras untuk menggapai cita-cita. Ketika ada rezeki aku selalu menyempatkan memberikan sesuatu yang tak pernah diminta ibu. Memang ibu juga sudah terbiasa mandiri dan tidak mau merepotkan anak-anaknya.

“Maaf ya Bu, Cuma bisa belikan mesin cuci mini.” Ucapku lirih.
“Iya kamu memang baik dan ibu senang, tetapi punya uang ya ditabung bukan dihambur-hamburkan.” Nasehatnya.
“Baik Bu, tapi ini memang sudah niat memberikan kado tahun baru untuk ibu, agar tahun depan ibu tidak repot lagi ketika mencuci pakaian dan memikirkan jemuran. Apalagi musim hujan saat ini, jadi ibu bisa duduk tenang jika sedang mengikuti acara pengajian.” Aku sambil tersenyum.

Ibu membalas senyumku sambil melirik mesin cuci barunya. Aku pun mengajarkan beberapa tombol pengoperasian yang akan selalu digunakan ibu untuk menjalankan mesin cucinya.

“Ibu tidak suka ya, hadiah dariku?”
“Bukan Nak, ini pasti mahal, padahal ibu tidak ingin menguras tabungan yang kau punya.”
“Alhamdulillah Bu, ada rezeki, doakan saja. Atau ibu ada keinginan lain yang ingin dibeli?” tanyaku penasaran.
“Sebenarnya ibu ingin mengajakmu ke pasar jika kamu tidak sibuk. Ibu mau cari gamis model baru, seperti yang dipakai teman-teman ibu. Mereka bilang beli di toko online, tapi ibu tidak mengerti itu dimana?”

Aku tersenyum, ibu memang sosok yang begitu sederhana, dirumah saja televisi dan radio yang aku berikan tak satupun yang dipakainya. Seperti pajangan saja asal punya dan ada.

Aku buka ponselku dan langsung menuju moxy.co.id lalu mencari muslim style. Kemudian kuarahkan handphone ku ke wajah ibu, sambil menunjuk beberapa baju model terbaru.

“Yang ini ibu suka, mirip gamis punya teman ibu.”




1 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.