-->
Menu
/

Cinta adalah kata yang memiliki banyak makna, tergantung pada sesuatu yang diungkapkan oleh perasaan. Seperti ungkapan perasaan kepada orangtua, perasaan yang romantis, perasaan yang hanya menuruti kemauan (hawa nafsu), philia, agape, narsisisme, patriotisme dan nasionalisme. Apapun bentuk cinta yang diungkapkan selama positif akan mengalirkan kedamaian dan kebahagiaan. Bagaimana agama mengajarkan tentang cinta, jawabannya ada di buku wasiat rasul untuk para pecinta. Cinta dalam pandangan Islam yang telah dicontohkan oleh rosulullah SAW.



Buku ini ada 6 bab yang membahas tentang serba-serbi cinta, cinta dan persahabatan, hukum pacaran, mengendalikan nafsu, pernikahan, dan mengajak untuk  tetap istiqomah. Penulis yang berdarah muda dan penuh prestasi, yaitu Irja Nasrullah mantan ketua FLP Mesir yang sedang melanjutkan program pascasarjana di Universitas Al-Azhar, Kairo menuturkan cinta secara detail serta  disisipi penggalan ayat suci Al-Qur’an dan hadits-hadits  yang relevan.

Apa definisi cinta? Definisi cinta berbeda-beda, menyesuaikan objek yang dicintainya. Pertama, jika objek yang dicintai adalah  Allah, malaikat-malaikatNya, dan rosul-rosulNya, maka cinta akan bermakna : “Kebersihan dan kebahagian jiwa serta kebangkitan akal dan hati, terhadap apa yang dicintainya. Pada puncaknya seseorang tersadar bahwa apa yang dicintainya tersebut lebih agung daripada segala hal yang dimilikinya. Bahkan cintanya tidak dikatakan cinta sejati, sebelum dirinya merasa yakin dan tulus berkorban dengan segenap jiwa terhadap apa yang dicintainya itu.”  Adapun pengertian yang kedua, jika objek yang dicintai adalah manusia atau hal-hal keduniaan, maka cinta akan bermakna : “Kenikmatan jiwa dan kepuasan raga yang biasa dirasakan seseorang yang sedang mencintai. Kenikmatan dan kepuasan tersebut bisa dirasakan secara langsung.” (halaman 4-5).

Cinta tidak selalu lewat kata-kata yang terucap, tetapi cinta juga bisa dirasakan. Apapun definisi cinta, sebagai seorang hamba kita harus mengutamakan kecintaan untuk Sang Maha Pecinta. “Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah, dan mencegah karena Allah, maka sungguh berarti dia telah menyempurnakan iman…(HR. Thabrani). (Halaman 40).

Selain cinta kepada Sang Maha Pecinta, kita juga harus mencintai sesama muslim. Seperti yang rosulullah ajarkan. “Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga dia mencintai bagi saudaranya apa yang dia cintai bagi dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim). (halaman 41).

Bagaimana dengan pacaran, bukankah itu penyaluran cinta juga? Saat ini mungkin banyak  remaja muslim yang terang-terangan atau sembunyi menjalankan ritual cinta terlarang alias pacaran. Dari mulai bilang hanya teman saja, lalu menjadi teman tapi mesra dan ujung-ujungnya adalah membuat janji-janji tanpa ikatan jelas yang mengurung hati untuk setia pada seseorang yang bukan pasangan halalnya. Cinta inilah yang membawa bencana karena cinta yang disalahporsikan.

Mencintai seseorang karena nafsu adalah kriminalitas hati. Setan menjadikan hal itu indah dan nikmat. Hal ini cocok dengan apa yang disampaikan Al-Qur’an, “Setan telah menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan (buruk) mereka,” (QS. Al-‘Ankabut [29] : 38). (Halaman 49).

Kalau memang cinta itu ada, tidak perlu takut untuk menikah. Menikah adalah bentuk cinta yang sesungguhnya, cinta yang telah direstui. Jadi pacaran dahulu baru nikah itulah yang tidak ada, yang ada seharusnya yaitu khitbah.

Tahapan atau alur khitbah dalam ilmu fikih yaitu : Pertama, pihak laki-laki dan perempuan mencari dan memahami sifat yang satu dengan yang lainnya. Kedua, pihak laki-laki dan perempuan melihat lebih jauh fisik, pihak yang satu dengan yang lainnya, dengan tetap berdasarkan pada ketentuan syariat.  Ketika, proses khitbah. Kalaupun setelah proses seorang laki-laki dan seorang perempuan terikat ikatan khitbah, mereka tetap belum boleh berdua-duan, bercumbu, pegang-pegangan dan sejenisnya. Hal itu hanya boleh dilakukan setelah terjadi akad nikah. Seperti wasiat Rosul sebagai berikut ini, “Jangan seorang laki-laki berkhalwat (berdua-duaan) dengan seorang wanita, kecuali wanita itu bersama mahramnya.” (halaman 62-63).

Cinta selalu ada di hati, dialah fitrah dari Allah yang disisipkan. Cinta juga anugerah yang menjadikan kehidupan menjadi penuh keajaiban. Cinta yang menghias indahnya hati akan  membawa rasa bahagia dan kelak dapat menikmati indahnya syurga. Cinta juga bisa membuat insan menjadi tak berdaya dan hidup dalam rundung duka serta meratap di neraka. Rosulullah SAW telah mengajarkan tentang cinta melalui sabda-sabdanya agar kita tahu bagaimana seharusnya kita mencintai.

Kelebihan buku ini selain isinya  penuh ilmu yang bertaburan dan bergizi adalah cover yang menarik dengan warna yang fresh, isi buku diketik dengan tinta warna hijau yang selaras dengan cover, dan ukuran font ada yang diperbesar untuk menonjolkan isi pesan yang ingin disampaikan. Koreksi pada buku ini tentang kesalahan pengetikan pada halaman 20 (baris 11 double kata ‘telah’), halaman 55 (baris 21 kurang huruf U pada kata ‘perempuan’), dan halaman 158 (baris 5 kata ‘cowok’ yang seharusnya adalah ‘cewek’).

 Buku Wasiat Rasul untuk Para Pecinta, buku yang wajib dibaca para muslim dan muslimah. Buku yang ditujukan untuk siapa saja yang ingin mengetahui wasiat rosullullah tentang cinta, serta yang selalu rindu kepada rosullullah dan selalu ingin mendekatkan diri kepada Allah. Bagi para remaja yang baru mengenal cinta, orangtua yang mengajarkan cinta kepada anaknya, pasangan suami istri agar semakin mencintai, guru yang memiliki anak didik, seseorang yang menanti pasangan hidup, dan seorang pecinta agar tetap istiqomah di jalan menuju Jannah-Nya.

Detail Buku : 
Judul                            : Wasiat Rosul Untuk Para Pecinta
Penulis                         : Irja Nasrullah
Penerbit                       : Quanta
Tahun terbit                 : 2014
Jumlah Halaman          : 216 Halaman
Harga                          : Rp. 44.800,00

ISBN                           : 978-602-02-5571-2

1 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.